Selasa, 26 Oktober 2010

Vira Menyusul Ave

14 October, tepat empat hari setelah berpulangnya Ave. Vira, bocah yang sudah berumur 2 tahun dan mengalami trisomy 13, juga menyusul Ave.

Adalah Vira yang keluarganya tinggal di bilangan dekat Vila Indah Permai 2, dekat Cibubur ternyata juga mengalami trisomy 13, namun bedanya Vira bermasalah di otak dan tulang belakang.

Vira dalam tiga hari belakangan mengalami diare berat dan sempat masuk ICU, namun akhirnya nyawanya tidak terselamatkan. "Vira nyusul Ave, mbak" kata orang tua Vira yang berkenalan via dunia maya dengan istriku Emma.

Adapun, orang tua Vira juga merasa bahwa ini yang terbaik buat dia, karena banyak keterbatasan, terutama dokter dan rumah sakit yang merawatnya. Di negara maju, anak-anak yang teridentifikasi mengalami trisomy 13 didatangi oleh perawat dan dokter. "Mereka sangat agresif" untuk membantu. Yah, ini Indonesia bu, kataku. Jangankan orang awam. Dokter dan susterpun awam soal trisomy.

Kalau tidak awam, yah mereka tahu tapi penanganannya minim. Alasannya, ya mau diapakan lagi orang berpenyakit seperti ini. Woalah. Nggak pemerintah nggak rakyatnya sama-sama pasrah.

Selasa, 19 Oktober 2010

Ave Sudah Berada Dipangkuan Yesus

Masa-masa sulit itu sudah terlewatkan, ini menjadi hari ketiga bagi kami dimana Ave sudah melekat menjadi satu ikatan yang kuat dikeluarga kami. Pergi setiap pulang kerja ke RS Carolus dan melihat kondisi "my little kriwil" is a part of our daily life.

Melihat saturasi yang naik turun, mulai, mulai angka 90 (100 yang terbaik) sampai 27 yang terburuk. Disaat-saat terakhir, aku bahkan tak berdaya dilanda diare atau bahkan maag yang berat, sehingga saat dipanggil ibu untuk segera datang ke Jakarta karena Ave sedang kritis, aku tak mampu menyetir dan hanya terkapar di jok mobil tanpa daya. Akupun terisak tangis ketika melihat Ave dengan saturasi hanya 27-40 bernafas dengan tersenggal-senggal. Aduh, matanya, walau kepalanya menggunakan oxyhood, seolah meminta pertolongan padaku. Aku juga sudah merasa lemas, ketika ruang Ave diberi partisi putih, seolah dipisahkan dengan yang lain.

Dan saat dia menghembuskan nafas terakhirnya, istriku merasa puas karena jantungnya berhenti saat Ave berada dipelukannya, Minggu, pukul 3.30. Tapi, aku tak berada disisinya. Penyesalan pun nampak.

Walau begitu, Ave tampak dicintai banyak orang, karena sejak pengantaran sampai pemakaman aku cuma bisa memberi pesan pada orang-orang disekitarku. Erwin, aku minta untuk segera ke Sentul berkoordinasi dengan teman-teman lingkungan di St Maria Fatima mempersiapkan rumah dan lain-lain untuk Ave. Sementara aku dan istri membawa dia di ambulans ke Sentul. Txn, God atas semua ini..

Bantuan yang besar juga datang dari kawan-kawan kantorku Inova Cipta, dan kantor istriku PT Cnooc, Ses, Paroki St Maria Fatima, Romo Sumardiyo, Dokter Yohmi, kawan-kawan suster di ruang Gorretti, saudara-saudariku dan semua teman-teman yang tidak bisa aku sebutkan satu demi satu.

Terimakasih sekalai lagi, atas dukungan finansial, dan moral serta supportnya kepada keluarga kami, sehingga perjalanan bisa kami lalui baik dimasa-masa senang maupun sulit.

Kini Ave sudah berada dipangkuan Yesus. Sudah tidak ada lagi Cyanotis, Abnoe, atau saturasi yang naik turun..tidak ada lagi diare, atau pusing berat..tidak ada lagi rasa deg-degan..Bye..bye Ave, my litlle Angel, may you rest in Peace. God, is our sephard, we believe on Him.

Kamis, 14 Oktober 2010

Berbagi Kecemasan

13 Oktober 2010, tepat empat bulan Ave berada dan mewarnai kehidupan kami dan memberi kekuatan hidup di keluarga. Tapi, entah mengapa sejak tanggal 12 Oktober lalu, pas sewaktu kakaknya Angga pulang dari rumah sakit. Saturasi atau pernafasan Ave menurun dibawah angka 80. Saturasi normal ada diangka 100.

Dengan kondisi itu, kami cemas. Bahkan angka terburuk ada dibawah 50 dan suster sebenarnya sudah mengisyaratkan Ave untuk diruang emergensi dengan alat bantu hidup. Namun, kami belum memutuskan dan masih beruapa agar Ave hanya dibantu orksigen.

Dan nyatanya, diruang Goretti tempat Ave dirawat, dia ditempatkan dibox ditambah alat bantu pernafasan atau oksigen dengan oxyhood atau helmnya. Yah, angka kadang-kadang menunjukkan 69, kadang 70 tapi juga pernah menyentuh 80, ketika Ave banyak dikunjungi orang (kakak-kakaknya) dan Carol, tak lupa Bibi dan Erwin, walau mereka hanya melihat melalui ruang kaca.

Dugaan kami, Ave lebih senang ditunggui dibanding sendiri..Semangat hidupnya menanjak...Oh..Tuhan, terima kasih.

Tapi dalam omong-omonganku diluar bersama istri, kami siap-siap memberi kontak ke kawan-kawan paroki dan lingkungan, jika terjadi sesuatu terhadap dia. Merekapun setuju. Tak lupa aku bertelepon dengan ibu di Jogja meminta dukungan doa..

Rasa cemasku ternyata kelihatan pada organ dalamku. Sejak siang kemarin, perut ini rasanya tidak bisa berkompromi. Aku bolak balik ke WC..untuk buang air besar. bahkan dimalam hari..sudah berapa kali aku mengunjungi jamban. Tak disadari aku sakit, oh..its happening again.

Namun begitu, Istriku, Emma masih setia menjaga Ave di rumah sakit..sampai-sampai dia bermalam dan pergi ke kantor dari sana. Yah, kemungkinan besar, Ave lebih merasa tentram kalau ada yang menunggu dia atau mungkin ini cara berbagi kecemasannya.

Senin, 11 Oktober 2010

Abnoe--lagi, Abnoe..lagi

Sekitar pk 02.00, Sabtu tanggal 09 Oktober, kami dibangunkan dari tidur. "Ma..Ave, Ma, Ave," teriak ibu kepada istriku Emma. Sontak mendengar teriakan itu kami terbangun dan melihat sekujur wajah Ave menghitam. Suasana saat itu sangat tegang: Tanpa pikir panjang, istriku langsung memeluk Ave dan meniup-niup mulut Ave..satu dua, satu dua. Lagu-lagu pujian dinyanyikan, doa-doa dilantunkan, dan tak lupa sang suster memeriksa tubuh Ave dengan stetoskop.

Ayo Ave, kamu bisa..ayo Ave. teriak istriku berkali kali memanggil namanya, Oksigen juga sudah diperbesar dan mungkin pada tiupan ke tujuh atau delapan paru-paru Ave mulai berkembang, susterpun mengangguk tanda sudah...Diperkirakan sekitar setengah jam dia mengalami abnoe atau yang dikatakan orang berhenti nafas...Txn God, she is alive!

Akupun ikut merasakan ketegangan dan sambil membawa rosario, aku komat, kamit berdoa tanpa arah tujuan..sering terlatun Yesus..Yesus..Bahkan, sesudahnya, istriku merasa ada satu orang lebih diantara kami berdelapan.

Ini pengalaman pertama kali, kami menghadapi situasi Abnoe sendiri. Tak hanya cygnotis yang membuat mulut berwarna biru, tetapi dengan cepat sekujur tubuh berwarna hitam. Tapi, istriku tidak mundur satu langkah pun dengan upayanya meniup-niup mulut Ave, dan aku teringat ketika memberi nafas buatan pada orang yang tenggelam.

Usai, kejadian Avepun dilarikan ke St Carolus yang berjarak sekitar 15 kilometer dari rumah Mbahkungnya di Buaran. Dan itu kami tempuh dalam waktu setengah jam, tanpa lampu merah di traffic light.

Usai berada di rumah sakit, hatiku baru lega..kami juga merasa seperti itu..Yah apa mau dikata Ave kembali lagi ke rumah sakit setelah 12 jam berada dirumah.

12 Jam Dirumah
Sebenarnya, kami merasa kepulangan Ave terlalu cepat usai pindah dari inkubator sehari kemudian di box dan dinyatakan bisa pulang. Ditambah lagi dengan kemacetan saat pulang ke Buaran mengingat saat itu hujan lebat dan perjalanan dari Carolus ditempuh dalam waktu dua jam lebih.

Ave juga tampak tidak merasa nyaman dirumah, minum susu yang tadinya dijatah 50cc sekali dalam sejamnya ini diberikan 60cc, karena Ave minta terus. Tadinya, kami pikir tidak ada akibat apa-apa, tetapi ternyata jantungnya bekerja ekstra keras karenanya. Dan ini menjadi sebab musababnya Abnoe. Benar-benar pengalaman yang berharga bagi kami.