A neonatal intensive care unit, usually shortened NICU (sometimes pronounced "Nickyou") and also called a newborn intensive care unit, intensive care nursery (ICN), and special care baby unit (SCBU [pronounced "Skiboo"], especially in Great Britain), or a humidicrib, is a unit of a hospital specializing in the care of ill or premature newborn infants. The NICU is distinct from a special care nursery (SCN) in providing a high level of intensive care to premature infants while the SCN provides specialized care for infants with less severe medical problems.
Akupun memberi kabar pada Bapak, Ibu mertuaku serta Mas Heri dan Mbak Sih yang ikut menunggu kelahirannya. Wajahku, kuyu tak semangat, walau senang. “Ah, yang penting selamat,” pikir ku kemudian. Namun, dokter berpesan agar aku hati-hati memberi kabar ke istriku, karena tekanan darah yang tinggi.
Mendengar pesan dokter, akupun tambah pusing. Makan tak enak, walau makanan itu mahal, sekalipun. Pahit rasanya. ”Bagaimana, ya memberi kabar ke istriku?” Ku liat putriku agak biru badannya di inkubator. ”Apa, dia bakal selamat,” pikirku. Dari kabar lain, dikatakan putriku harus dibawa ke rumah sakit yang ada NICUnya (Neonatal Intensive Care Unit) yang tidak ada di rumah sakit tersebut. Aih apa itu, ya Tuhan. Pikiranku tak bisa mencerna dengan baik. Tapi, untunglah Mbahtinya yang superwoman bergerak cepat. Semalaman dia telpon rumah sakit-rumah sakit di Jakarta sampai dua malam dan dihari kedua, ternyata Tuhan menjawab. ”Ada NICU di Siloam, Tanggerang”. Mbah Kungnya juga mengusulkan untuk segera dibabtis. ”Jaga-jaga kalau ada apa-apa,” katanya dengan nada bijaksana.
Dihari kedua , mulutku baru terbuka. Sekitar pukul 05.00 pagi di Hari Selasa aku baru bisa bilang pada istriku bahwa anaknya lahir sehat, tetapi dokter bilang ada sejumlah kekurangan dan harus dibawa ke NICU. Dilain pihak, dia harus dibabtis dulu supaya jika terjadi apa-apa, dia sudah dibabtis. Segera wajah istriku tampak sedih, tetapi dia juga cukup tabah sehingga kesedihannya tak berlanjut. Pikirannya cukup rasional.
Maka cepat-cepatlah, aku coba telpon Mas Heri, tetapi ternyata dia tidak bisa datang, karena hari kerja. Ah, mengapa tak kucoba romoku, yang ada di Sentul. Romo Sumardiyo. Akhirnya, setelah ditelepon dan mengungkapkan alasan. Aku jemputlah romo di kapel, dan terjadilah pembabtisan kilat disudut ruangan bayi BMC. Dihadiri oleh tujuh orang ibu-ibu dari kapel anakku dibabtis romo. Sebelum babtis, Romo Mardi bertanya, siapa namanya? Apa sudah disiapkan. ”Ave Maria,” romo. Wah, nama yang indah, paparnya. Lalu, romo menyiapkan segala sesuatu di ruang nan sempit itu, dia kemudian berkata,”Dengan ini saya membabtis Ave Maria Trinugroho” ujar omo sambil memasukkan tangannya ke inkubator dan memberi tanda salib ke Ave. Dengan tenangnya ibunya memegang tangan Ave dan berdoa Bapa Kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar